Kamis, 05 Juni 2014

farmakologi diabetes



BAB I
Tujuan Percobaan
            Mengenal, mempraktekkan dan membandingkan daya antidiabetika Na. CMC 0,5%, metformin, glibenklamid dan beberapa obat tradisional, sehingga dapat memperoleh gambaran cara evaluasi efek antidiabetika.
BAB II
Dasar Teori
A.      Pengertian Diabetes        
          Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu ganguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa darah terlampau meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidratarang (glukosa) didalam tubuh, tetapi metabolisme lemak dan protein juga terganggu.
          Harapan hidup penderita diabetes mellitus rata-rata 5 – 10 tahun lebih rendah dari risikonya akan PLJ (penyakit jantung koroner) adalah 2 – 4 kali lebih besar.
          Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin yang berfungsi memungkinkan glukosa masuk kedalam sel untuk dimetabolisir (dibakar) dan dimanfaatkan sebagai sumber energi. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk didalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya diekskresi lewat kemih dan tanpa digunakan. Karena itu, produksi kemih sangat meningkat dan penderita sering berkemih, merasa amat haus, berat badan menurun dan merasa lelah.
          Penyebab lain ailah menurunnya kepekaan reseptor sel bagi insulin (resistensi insulin) yang diakibatkan oleh makan terlalu banyak dan kegemukan. Rata-rata 1,5% - 2% dari seluruh penduduk dunia menderita diabetes yang bersifat menurun.  Di Indonesia penderita diabetes berkisar 3 juta orang atau 1,5% dari 200 juta penduduk. Sedangkan di Eropa 3 – 5%. Pada 5 tahun terakhir jumlah ini telah meningkat secara eksplosif, yang disebabkan olah meningkatnya peristiwa overweight dan obesitas (Tja & Rahardja, 2007).

B.     Diagnosa Diabetes
          Dengan adanya gejala klinis atau komplikasi yang khas (misalnya renitopati) diagnosa dipastikan dengan menentukan kadar glukosa darah. Nilai diatas 7,8 mmol/L (pada lambung kosong) pada dua hari berlainan diangap positif (menurut WHO). Begitu pula “post load” diatass 11,0 mmol/L yaitu 2 jam setelah pembebanan glukosa 75 gram ( Neal, 2006).
C.     Gejala Diabetes
          Diabetes mellitus ditandai dengan gelaja 3P, yaitu poliuria (banyak kemih) dan polifagia (banyak makan) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
Disamping naiknya kadar gula darah, diabetes bercirikana danya “gula” dalam kemih (glycosuria) dan banyak berkemih karena glukosa yang diekskresi banyak mengikat air. Akibatnya timbul rasa sangat haus, kehilangan energi, turunnya berat badan serta rasa letih. Tubuh mulai membakar lemak untuk memenuhi kebutuhan energinya yang disertai pembentukan zat-zat perombak, antara lain aseton, asam hidroksibutirat dan diasetat yang membuat darah menjadi asam. Keadaan ini yang disebut ketoasidosis dab terutama timbul pada tipe 1, amat berbahaya karena akhirnya dapat menyebabkan pingsan. Napas penderita yang sudah menjadi sangat kurus kering juga berbau aseton (Mycel, Harvey & Champe, 2001)
Komplikasi Lambat
          Komplikasi terpenting dari diabetes mellitus dapat berupa:
1.      Infark jantung
    Diabetes sangat meningkatkan risiko PJK, antara lain hipertensi dan infark jantung. Bila tidak atau kurang tepat diobati, lambat laun dapat terjadi gangguan kardiovaskuler. Gejala infark jantung ditandai dengan timbulnya benjolan-benjolan yang menggangu sirkulasi darah dan akhirnya terjadi atherosclerosis.
2.      Retinopati
    Sering kali pada retina timbul ciri-ciri perdarahan, udema mengelupas dan menjadi buta. Didunia Barat Retinophaty ini merupakan menyebab tersering dari penglihatan buruk dan kebutaan.
3.      Polineuropati
    Begitu pula kerusakan dalam pembuluh kecil dan saraf dapat timbul pada pelbagai tempat, yang akhirnya mengakibatkan efek pada semua organ dan jaringan perifer. Gangguan ini sering terjadi dengan perasaan seperti ditusuk-tusuk dan hilang rasa kaki-tanggan atau benjolan sangat nyeri dikaki. Luka dan borok sukar sembuh dan tak jarang mengakibatkan gangren (mati jaringan) dan amputasi.
4.      Nefropati
    Selain itu dapat timbul kerusakan ginjal dengan hiperfiltrasi dan keluarnya lbumin dalam kemih yang sering kali bersifat fatal.
5.      Lainnya
    Impotensi, infeksi stafilokok pada kulit dan keluhan cloudicadio (penyakit etalase) ditungkai yang berciri kejang-kejang sangat nyeri dibetis setelah jalan beberapa meter (Gaytun, 1990).

D.    Jenis Diabetes
          Klasifikasi dari jenis-jenis  diabetes adalah sangat penting untuk penentuan pengobatan dan prognosisnya. Untuk klasifikasi lengkap dari jenis diabetes yang paling sering terjadi pada pasien-pasien dengan hiperglikemia, dapat digunakan sebagai pedoman BMI dan riwayat keluarganya. Untuk tujuan ini dapat dimanfaatkan sejenis flow chart sederhana untuk diagnosa, klasifikasi dan terapi (Gaytun, 1990).
          Dewasa ini diabetes mellitus dapat dibagi dalam 3 tipe, yakni tipe 1, tipe 2 dan tipe hamil. Berikut penjelasannya:
1.      Tipe 1, Jenis Remaja atau DM I
    Diabetes tipe 1 atau DM I ini juga dikenal dengan IDDM, yaitu diabetes yang tergantung insulin. Pada tipe ini terdapat destruksi dari sel beta pankreas, sehingga tidak memproduksi insulin lagi dengan akibat sel-sel tidak bisa menyerap glukosa dari darah. Karena itu kadar darah dalam glukosa meningkat diatas 10 mmol/L, yakni nilai ambang ginjal, sehingga glukosa berlebih dikeluarkan bersama banyak air (glycosuria). Dibawah kadar tersebut, glukosa ditahan oleh tubuli ginjal.
2.      Tipe 2 jenis Dewasa, DM 2 atau NIDDM (tidak bergantung insulin)
    Lazimnya mulai diatas 40 tahun dengan insidensi lebih besar pada orang gemuk dan pada usia lanjut. Mereka yang hidupnya makmur, makan terlampau banyak dan kurang gerak badan lebih besar lagi risikonya.
    Tipe 2 pada hakekatnya tidak bergantung dari insulin, dahulu juga disebut (non-insulin dependent) dan lazimnya dapat diobeti dengan antidiabetika oral. Akan tetapi sejak 1997 semakin banyak penderita tipe 2 ini diterapi dengan insulin sehingga menurunkan risiko komplikasi lambat. Oleh sebabnya nama tersebut tidak ada artinya lagi dan sudah ditinggalkan.
3.      Diabetes kehamilan (GDM)
    Pada wanita hamil dengan penyakit gula regulai glukosa yang ketat adalah penting sekali untuk menurunkan risiko keguguran spontan, cacat, over weight bayi atau yang lebih fatal kematian (Kalzung, 2002).
   
E.     Pengobatan Diabetes dan Penanganannya
          Tindakan umum yang dilakukan untuk pengobatan dan penanganan diabetes mellitus adalah:
1.      Diet
    Pokok pangkal penanganan diabetes adalah makan dengan bijakssana. Semua pasien harus mengawali denagn pembatasan kalori berlebih pada pasien overweight (tipe 2). Makana perlu dipilih secara seksama dengan memperhatikan pembatasan lemak total, lemak trans dan lemak jenuh untuk mencapai normalitas kadar glukosa dan lipida darah.
2.      Gerak badan
    Bila terdapat resistensi insulin, gerak badan secara teratur (jalan kaki atau olah raga) dapat menguranginya. Hasilnya insulin dapat digunakan secara lebih baik oleh sel tubuhdan dosisnya pada umumnya dapat diturunkan.
3.      Berhenti merokok
    Untuk penderita diabetes mellitus yang merokok, sebaiknya untuk tidak merokok lagi, karena kandungan nikotin dapat mempengaruhi secara buruk penyerang glukosa oleh sel, selain itu juga dapat menyebabkan radikal bebas.
4.      Stress oksidatif
    Banyak indikasi menunjukkan bahwa pada penderita diabetes metabolisme glukosa yang terganggu menimbulkan kelebihan radikal bebas, yang memegang peranan penting pada terjadinya kompikasi lambat. Sterss oksidatif ini dapat menimbulkan kerugian secara kronis pada mata, ginjal pembuluh dan sistem saraf. Untuk prevensi dan pengobatan  kerusakan oksidatif ini, maka terutama dikalangan orthomolekuler dianjurkan penggunaan antioksidansia, misalnya asam liponat, vitamin E dan vitamin C. Tetapi pendapat ini belum diterima oleh kedokteran leguler, karena secara ilmiah belum dibuktikan secara meyakinkan.
          Asam liponat sejak awal abad ke-21 sudah digunakan dijerman untuk menangani keluhan neuropati, seperti nyeri dan kesemutan/ paraestheria (Tja & Rahardja, 2007).

F.      Beberapa obat antidiabetika
1.      Globenklamid
    Derifat klormetoksi ini adalah obat pertama dari antidiabetika generasi ke-2 dengan khasiat hipolikosemianya yang kira-kira 100 kali lebih kuat dari pada torbutamida. Sering kali ampuh dimana obat-obat lain tidak efektif lagi. Risiko “hipo” juga lebih besar dan lebih sring terjadi. Pola kerjanya berlainan dengan sulfonilurea lain, yakni dengan single-dose pada pagi hari mampu menstimulir sekresi insulin pada setiap pemasukan glukosa (waktu makan). Dengan demikian dalam waktu 24 jam tercapai regulasi gula darah optimal yang mirip pola normal.
    Resospsi dari usus praktis lengkap, PP-nya diatas 95%, plasma t1/2-nya kurang lebih 10 jam, daya kerjanya dapat bertahan sampai 24 jam. Dalam zat ini dirombak menjadi metabolit kurang aktif, yang diekskresi sama rata lewat kemih dan tinja.
Rumus struktur Glibenklamid:




2.      Metformin
    Zat ini adalah derivat-dimetil dari kelompok biguanida yang berkhasiat memperbaiki sensitivitas-insulin, terutama menghambat pembentukan glukosa dalam hati serta menurunkan kolesterol LDL dan trigleserisa. Oleh karenanyadigunakan terutama pada pasien sangat gemuk.
    Dengan daya kerja supresi produksi dan penyerapan glukosa fruktuassi gula-darah menjadi lebih kecil dan nilai rata-rata menurun. Mekanisme kerjanya ini mirip dengan efek serat gizi dasar-dasar diet sehat. Khusus digunakan pada diabetes tipe 2 bila diet tunggal tidak mencukupi.
    Reabsirbsi dari usus tidak lengkap, BA-nya 50-60%, PP-nya rendah. Praktis tidak dimetabolisir dan diekskresi utuh lewat kemih. Plasma t1/2-nya 3-6 jam.
    Efek samping agak sering terjadi pada ganguan lambung-usus, antara lain anorexia, terutama pada dosis diatas 1,5 g/hari. Laktat asidosis dapat timbul pada ganguan ginjal, terutama pada lansia. Rasa logam dimulut adakalanya dialami, risiko hipoglikemia sangat kecil, kehamilan dan laktasi. Berhubung masih kurangnya data mengenai keamanannya, metformin tidak dianjurkan untuk ibu hamil dan menyusui, sebagai gantinya adalah insulin perenteral.
Rumus kimia metformin:
C4N5H6. paraestheria (Tja & Rahardja, 2007).


BAB III
Metodologi Percobaan

A.    Alat yang digunakan:
-          Timbangan (neraca analitik)
-          Spuit injeksi
-          Sonde/ kanulla
-          Wadah pengamat
-          Alat ukur glukosa
B.     Bahan yang digunakan:
-          Metformin
-          Glibenklamid
-          Na. CMC 0,5%
-          Ekstak Salam
-          Ekstrak Sambiloto
-          Ekstrak Pare
C.     Hewan Uji: Mencit
D.    Gambar alat:
1.      Sonde/ kanulla                                   2. Spuit Injeksi
Description: Description: C:\Users\User\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\100_3393.jpg                             Description: Description: C:\Users\User\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\100_3394.jpg

3.      Neraca Analitik                                  4. Gelas ukur
                          

5.      Gelas kimia                                        6. Aqua pro injection
                         Description: Description: C:\Users\User\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\100_3392.jpg

E.     Prosedur Percobaan:
1.      Dibagi tiap kelas kedalam 3 kelompok
2.      Disetiap kelompok mendapat 4 ekor mencit uji
3.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
4.      Dibuat larutan glukosa, Na. CMC 0,5%, glibenklamid, metformin dan larutan ekstrak obat tradisional
5.      Ditimbang masing-masing mencit dan dihitung dosis untuk mncit berdasarkan berat badannya
6.      Diukur glukosa masing-masing mencit dengan cara menyayat bagian ekornya dengan silet, diambil darah masing-masing mencit yang keluar dengan alat pengukur glukosa, dicatat kadar glukosa awalnya (kadar glukosa 0 menit)
7.      Diberi larutan glukosa pada masing-masing mencit dengan dosis sesuai berat badan masing-masing mencit, kemudian didiammkan/ diamati selama 30 menit
8.      Diukur glukosa masing-masing mencit dengan cara menyayat bagian ekornya dengan silet, diambil darah masing-masing mencit yang keluar dengan alat pengukur glukosa, dicatat kadar glukosanya (kadar glukosa 30 menit)
9.      Diberi larutan metformin, ekstrak salam, ekstrak sambiloto dan ekstrak pare pada masing-masing mencit dengan dosis sesuai dengan berat badan yang sudah dihitung, kemudian diamati/ dibiarkan selama 30 menit
10.  Diukur glukosa masing-masing mencit dengan cara menyayat bagian ekornya dengan silet, diambil darah masing-masing mencit yang keluar dengan alat pengukur glukosa, dicatat kadar glukosanya (kadar glukosa 60 menit)
11.  Dihitung persentase efek obat diabetikanya.
F.      Pembuatan Larutan
1.      Perhitungan larutan uji
1. Sukrosa à 400 g/500 ml à 80%
2. Na. CMC  à 2 g/400 ml à 0,5%
3. Larutan Metformin à 500 mg/100 ml à 1 tab/100 ml
4. Larutan Glibenklamid à 500 mg/100 ml à 1 tab/100 ml
5. Obat I (Ekstrak Salam) à 2500 mg/100 ml à 5 kaps/100 ml
6. Obat II (Ekstrak Sambiloto) à 2500 mg/100 ml à 5 kaps/100 ml
7. Obat II (Ekstrak Pare) à 2500 mg/100 ml à 5 kaps/100 ml
2.      Perhitungan Dosis Berdsarkan BB mencit
1. Sukrosa à 1 ml/40 g BB mencit
Ø  BB mencit I 25,7 g à  x 1 ml = 0,64 ml
Ø  BB mencit II 28 g à  x 1 ml = 0,7 ml
Ø  BB mencit III 30,28 g à  x 1 ml = 0,76 ml
Ø  BB mencit IV 25,86 g à  x 1 ml = 0,65 ml
2.    Metformin (50 mg/ml), disuntikkan larutan pada mencit I à 0,64 ml
3.    Obat I (25 mg/ml), disuntikkan larutan pada mencit II à 0,7 ml
4.    Obat II (25 mg/ml), disuntikkan larutan pada mencit III à 0,76 ml
5.    Obat III (25 mg/ml), disuntikkan larutan pada mencit IV à 0,65 ml


BAB IV
Hasil Percobaan

A.    Tabel Hasil Pengamatan
No
Perlakuan
0 menit
30 menit
60 menit
%
1
Kontrol (-) Na.CMC 0,5%
125
131
111
333,5
Kontrol (+) Glibenklamid
134
140
124
266,5
Kontrol (+) Metformin
97
142
99
95,6
2
Obat I (Daun Salam)




1
118
161
142
44,1
2
110
124
61
450
3
153
217
164
82
Rata-rata
127
167,3
122,3
82,8
3
Obat II (Sambiloto)




1
99
100
96
400
2
100
112
103
75
3
70
158
106
59,8
Rata-rata
89,66
123,3
101,6
64,53
4
Obat III (Pare)




1
135
137
95
2100
2
92
97
65
640
3
122
139
65
182
Rata-rata
116,33
124,33
89,3
437,8

Persentase penurunan kadar glukosa rata-rata kelas:
% penurunan =  x 100%
1.       Obat I   =  x 100% = 111,6%
2.       Obat II             =  x 100% = 64,53%
3.       Obat I   =  x 100% = 437,89%
BAB V
Pembahasan

          Pada praktikum farmakologi I ini, praktikan melakukan praktikum tentang diabetes mellitus. Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu mengenal, mempraktekkan dan membandingkan daya antidiabetika Na. CMC 0,5%, metformin, glibenklamid dan beberapa obat tradisional, sehingga dapat memperoleh gambaran cara evaluasi efek antidiabetika.
          Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu ganguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa darah terlampau meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme hidratarang (glukosa) didalam tubuh, tetapi metabolisme lemak dan protein juga terganggu. Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin yang berfungsi memungkinkan glukosa masuk kedalam sel untuk dimetabolisir (dibakar) dan dimanfaatkan sebagai sumber energi. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk didalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya diekskresi lewat kemih dan tanpa digunakan.
          Dalam praktikum ini yang pertama dilakukan adalah menimbang mencit dan mencari dosis iutuk mencit yang sesuai dengan berat badan mencit, serta memberi tanda pada keempat mencit supaya mudah dibedakan. Kemudian dibuat larutan gula dan larutan obat. Setelah itu diukur kadar glukosa pada masing-masing mencit dan dicatat kadar gulanya, kadar glukosa ini menjadi kadar pada menit 0, yaitu yang bertujuan sebagai pembanding kadar glukosa dan kerja obat antidiabetikanya. Setelah itu mencit diberi larutan gula yang sudah dibuat dan didiamkan selama 30 menit, lalu diukur kembali kadar glukosa darah mencit (kadar gula 30 menit) dan dicatat kadar gulanya, hal ini bertujuan untuk melihat peningkatan kadar glukosa mencit setelah diberi larutan gula.
          Langkah selanjutnya pemberian larutan obat pada mencit yang berbeda yaitu metformin, obat I, obat II dan obat III, kemudian didiamkan selama 30 menit, hal ini dialkukan agar obat bisa bekerja dengan maksimal untuk menurunkan kadar gula pada mencit. Setelah 30 menit diukur kembali kadar gula pada mencit (kadar gula 60 menit) dan dicatat kadar gulanya.
          Setelah itu diukur penurunan kadar glukosa darah pada mencit dengan rumus  x 100%, dimana 0’ adalah kadar gula darah pada mencit sebelum perlakuan, 30’ adalah kadar gula darah pada mencit setelah diberi laruta gula dan 60’ adalah kadar gula darah mencit setelah diberi larutaan obat. Dalam perhitungan rata-rata kelas, diperoleh hasil bahwa obat yang memiliki daya antidiabetika teruat berturut-turut adalah obat III (ekstrak pare) memiliki daya antidiabetika tertinggi yaitu dengan persentase 437,87%, kemudian obat I (ekstrak salam) dengan persentase 111,6% dan terakhir adalah obat II (ekstrak sambiloto) dengan persentase 64,53%. Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang ada, dimana didalam buku MMI pare memiliki daya antidiabetika, kemudian sambiloto dan salam kurang dapat sebagai antidiabetika. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya:
1.      Mencit memiliki aya penyerapan terhadap obat yaang rendah
2.      Pada saat pemberian larutan obat, ada obat yang tidak masuk kedalam mulut mencit atau dimuntahkan oleh mencit
3.      Kesalahan alat ukur kadar gula atau salah dalam pembacan alat.
              Selain itu, pada kontrol (-) yaitu pemberian larutan Na.CMC 0,5%, kontrol (+) yaitu pemberian larutan glimenklamid dan metformin juga didapatkan hasil tidak sesuai, dimana didapatkan kontrol (-) yang seharusnya memiliki pemurukan kadar gula yang rendah, tetapi malah yang paling tinggi dengan persentase 333%.


  

BAB VI
Kesimpulan
              Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dengan melaksanakan praktikum, praktikan dapat mengenal, mempraktekkan an membandingkan daya antidiabetika dari Na. CMC 0,5%, glimenklamid, metformin, ekstrak salam, ekstrak sambiloto dan ekstrak pare. Dimana dari praktikum yang dilaksanakan diperoleh daya antidiabetika tertinggi adalah ekstrak pere, Na. CMC 0,5%, glibenklamid, ekstrak salam, metformin dan ekstrak sambiloto.






















BAB VII
Daftar Pustaka

Gaytun, A.C. 1990. Fisiologi Manusia Dan metabolisme Penyakit. EGC. Jakarta
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dan Klinik. Universuty Aiskangga Press.          Surabaya
Mycel, M.J., Harley, R.A., Champe,P.C. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar.   Widya medika. Jakarta
Neal, M. 2006. Farmakologi Medis edisi keVI. Erlangga. Jakarta
Tjay, H.T & K. Ruharja. 2007. Obat-obat Penting edisi keVI. PT. Elex Media         Kompantindo. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar