Kamis, 05 Juni 2014

praktikum farmakologi DIuretik



BAB I
TUJUAN PRAKTIKUM

Memahami kerja farmakologi dari beberapa kelompok diuretik, sehingga dapat memperoleh gambaran cara evaluasi efek diuretik.

BAB II
DASAR TEORI
Diuretika adalah senyawa yang dapat menyebabkan ekresi urin yang lebih banyak. Jika pada peningkatan ekskresi garam-garam, maka diuretika ini dinamakan saluretika atau natriuretika (diuretika dalam arti sempit). ( Mutsceh, 1991)
Diretik adaah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine.
Diuretik adalah obat-obat yang dapat meningkatkan produksi dan eksresi urin sehingga dengan demikian dapat menghilangkan cairan berlebihan yang tertimbun dijaringan, misalnya pada oedim dengan demikian memulihkan keseimbangan elektrolit dan ebberapa metabolit, jika ginjal sendiri tidak sanggup memelihara haemostatis.
Diuretika dalah zat-zat yang dapat memperbanyak kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara taklangsung tidak termasuk dalam definisi ini. Misalnya zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung ( digoksin, teofilin), memperbesar volume darah (dekstran), atau merintangi sekresi hormon antidiuretik AOH (air, alkohol).
Istilah diuresis mempunyai dua pengertian :
1.      Menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi
2.      Menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehigga volume caira ekstra sel kembali menjadi nornal.
Diuretik menurunkan tekana darah terutama dengan cara mendeplesikan simpanan natrium tubuh. Awanya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume darah dan curah jantung, tahanan vaskuler perifer. Penurunan tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan penurunan volume plasma dan stoke volume yang akan menurunkan curah jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah.
Fungsi utama gijal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan semua zat asing dan sisa pertukaran zat dari dalam darah dimana semuanya melintasi saringan ginjal kecuali zat putih telur dan sel-sel darah. Fungsi penting lainnya adalah meregulasi kadar garam dan cairan tubuh. Ginjal merupakan organ terpenting pada pengaturan homeostatis, yakni keseimbangan dinamis antara cairan intra dan ekstrasel, serta pemeliharaan volume total dan susunan cairan ekstrasel. Hal ini teruama tergantung dari julah ion Na+ yang untuk sebagian besar terdapat diluar sel, dicairan antar sel dan diplasma darah. (tan Hoan Tjay, 2007)
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik :
1.      Tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak.
2.      Status fisiologi dari organ
3.      Interaksi antara obat dengan reseptor
Penggunaan klinik diuretik. Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1.      Diuretik osmotik
Tempat Dan Cara Kerja : 
·  Tubuli Proksimal penghambatan reabsorbsi natrium dan air melalui daya  osmotiknya 
·  Ansa Henle penghambatan reasorbsi natrium dan air oleh karena hiperosmolaritas daerah medula menurun. 
·  Duktus Koligentes penghambatan reasorbsi natrium dan air akibat adanya papilarry washout, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oeh ginjal.
Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isosorbid.

2.      Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi bikarbonat.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
3.     Diuretik golongan tiazid
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida.
Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
4.      Diuretik hemat kalium
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).
Yang tergolong dalam kelompok ini adalah:  antagonis aldosteron. triamterenc. amilorid.
5.      Diuretik kuat
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida.
Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.

Furosemide ( Lasix®, uresix®, impugan® )
STRUKTUR
Indikasi                       : edema pada jantung, hipertensi
Kontra indikasi           : gangguan ginjal dan hati yang berat.
Bentuk sediaan obat   : tablet, injeksi, infus
Dosis                           : oral , dewasa 20-40 mg pada pagi hari, anak 1-3 mg/kg bb;
  Injeksi, dewasa dosis awal 20-50 mg im, anak 0,5-1,5mg/kg
  sampai dosis maksimal sehari 20 mg; infus IV disesuaikan
  dengan keadaan pasien
Efek samping              : Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi
                                      seperti ruam kulit
Peringatan                   : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia;
  kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal;
   memperburuk diabetes mellitus; perbesaran prostat; porfiria.
Kebanyakan diuretic bekerja dengan mengurangi reabsorsi natrium sehingga pegeluarannya lewat kemih, dan demikian juga dari air – air diperbanyak. Obat – obat ini bekerja khusus terhadap tubuli.
·      Pemilihan diuretic
Diuretic thiazide tepat digunakan untuk sebagian besar pasien dengan hipertensi ringan atau sedang serta dengan fungsi jantung dan ginjal normal. Diuretic yang lebih kuat (misalnya diuretic yang bekerja pada loop of handle ) diperlukan untuk hipertensi parah, apabila digunakan kombinasi obat yang menyebabka retensi natrium. Pada insufiensi ginjal, bila tingkat filtrasi glumeruler kurang dari 30 atau 40 ml/menit pada gagal jantung atau sirosis, ketika terdapat retensi natrium.
Diuretic hemat-kalium berguna untuk menghindari terjadinya deolesi kalium yang berlebihan, khususnya pada pasien yang menggunakan digitalis dan untuk memperkuat efek natriuretik diuretic lainnya.
·      Penentuan dosis
     Walaupun farmakokinetikdan farmakodinamik berbagai diuretic berbeda, tetapi titik akhir efek terapeuretik dalam pengobatan hipertensi umumnya adalah pada efek natrium resisnya. Walaupun demikian harus diketahui bahwa dalam keadaan tunak seperti pada penanganan jangka panjang, ekskresi natrium harian sama – sama dengan pemasukan natrium dari makanan. Diuretic diperlukan untuk melawan kecenderungan terjadinya retensi natrium yang pada pasien dengan deplesi natrium yang relatif, walaupun diuretic thiazide lebih bersifat natriuretik pada dosis tinggi (100 mg – 200 mg hydrochlorothiazide) bila digunakan sebagai obat tunggal dosis rendah (25-50 mg ) memberikan efek diuretic seperti hanya pada dosis tinggi.
·      Toksisitas diuretic
            Pada pengobatan hipertensi sebagian besar efek samping yang lazim terjadi adalah deplesi kalium. Walaupun hipokalemia ringan dapat ditoleransi oleh banyak pasien, hipokalemia dapat berbahaya pada pasien yang menggunakan digitalis, pasien dengan eritmia kronis, pada infraktus miokardium akut atau disfungsi ventriks kiri. Kehilangan kalium diimbangi dengan reansorbsi natrium oleh karenanya pembatasan asupan natrium dapat meminimalkan kehilangan kalium. Diuretic glukosa dan peningkatan konsenutrasi lemak serum. Diuretic dapat meningkatkan konsentrasi uric acid dan menyebabkan terjadinya gout(pirai). Penggunaan dosis rendah dapat meminimalkan efek metabolic yang tidak diinginkan tanpa mengganggu efek antihipertensinnya.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

A.    Alat yang digunakan
-        Timbangan analitik
-        Spuit injeksi dan jarum ukuran 1 mL
-        Sonde / kanulla
-        Sarung tangan
-        Stopwatch
-        Wadah pengamatan
-        Gelas ukur
-        Corong kaca

B.     Bahan yang digunakan
-        Furosemid
-        Na. CMC
-        Herba Sambiloto
-        Herba Meniran
-        Herba daun Salam

C.     Gambar Alat
tbnANd9GcSn37eQycQKu1yxvaggCjp3DzmCZhhZ4se2ffZ1MW76xQPzxfTEyoYHfzs.jpg   Pionir11jpg0.jpg
           
Beakee glas     timbangan analitik

D.    Prosedur Percobaan
1.      Diambil mencit 5 ekor
2.      Ditimbang masing – masing mencit
3.      Dihitung niali bobot mencit dan dihitung  volume mencit yang digunakan
4.      Dibuat control positif, negatif, herba sambiloto, herba meniran,dan herba daun salam.
5.      Diberikan secara oral dan ditunggu hingga 9 jam.
 

BAB IV
HASIL PERCOBAAN

Perhitungan larutan uji
1.        Kontrol Negatif (-)
Na. CMC 0,5 % =               dibuat Na. CMC 0,5 %           50 mL =
2.        Kontrol positif (+)
Furosemid =                     ( 1 tablet furosemid @40 mg disuspensikan       
  dalam larutan Na. CMC 96,15 mL )
3.        Obat I ( Daun Salam
2 kapsul dalam 100 mL Na. CMC            = 1,1 %
( 1 kapsul mengandung zat aktif 500 mg )
4.        Obat II ( Daun Meniran )
2 kapsul dalam 100 mL Na. CMC       = 1,1 %
( 1 kapsul mengandung zat aktif 500 mg )

5.        Obat III ( Sambiloto )
2 kapsul dalam 100 mL Na. CMC            = 1,1 %
( 1 kapsul mengandung zat aktif 500 mg )







Tabel 1. Berat Badan dan Volume
No
Perlakuan
BB (g)
Volume (mL)
1
Kontrol (-)
28,94
0,72
2
28
0,7
3
25,88
0,65
1
Kontrol (+)
30,22
0,75
2
23
0,57
3
29,63
0,74
1
Obat I
24,09
0,6
2
28
0,7
3
24,11
0,6
1
Obat II
27,94
0,69
2
25
0,626
3
23,33
0,58
1
Obat III
27,06
0,67
2
26
0,65
3
22,34
0,56


Tabel 2. Volume Tiap Waktu Pengamatan
Perlakuan
Hewan Uji
Jam
Total (mL)
3
6
9
Kontrol (-)
1
0,4
0,8
0,8
2
2
-
0,5
0,2
0,7
3
0,5
0,3
0,3
1,1
Kontrol (+)
1
-
-
0,5
0,5
2
-
0,5
0,1
0,6
3
-
0,3
0,4
0,7
Obat I
1
-
0,9
0,1
1
2
0,5
1
0,9
2,4
3
-
-
0,6
0,6
Obat II
1
-
-
0,2
0,2
2
0,5
1
0,9
2,4
3
0,3
0,4
0,3
1
Obat III
1
0,3
0,8
1,1
2,2
2
-
1
0,5
1,5
3
0,5
0,7
0,6
1,8
Berdasarkan hasil pengamatan diats maka diperoleh nilai rata-rata total urine yang dihasilkan adalah :
-        Kontrol negatif (-), total urine 1,8 mL = = 0,6 mL
-        Kontrol positif (+), total urine 3,8 mL =  = 1,26 mL
-        Obat I, total urine 4 mL =  = 1,33 mL
-        Obat II, total urine 3,6 mL =  = 1,2 mL
-        Obat III, total urine 5,5 mL = = 1,83 mL
Perhitungan persen (%) diuretik
% diuretik =  x 100 %
-          Kontrol (+) : Furosemid
% diuretik =  x 100 % = 110 %

-          Obat I (daun salam ) = x 100 % = 121,6 %
-          Obat II ( herba meniran) =  x 100 % = 100 %
-          Obat III ( herba sambiloto ) =  x 100 % = 205 %


BAB V
PEMBAHASAN
            Setelah melakukan percobaan ini praktikan dapat mengetahui cara pemberian obat pada hewan uji, adapun tujuan dari percobaan ini yaitu memahami kerja farmakologi dari berbagai kelompok diuretic sehingga memperoleh gambaran cara evaluasi efek diuretic.
            Diueretik adalah senyawa yang dapat menyebabkan eksresi urine yang lebih banyk. Jika pada peningkatan eksresi garam – garam maka diuretic dinamakan salurelika atau natriuretika ( diuretic dalam arti sempit ).
            Adapun bahan yang digunakan sebagai penguji yaitu furosemida, herbal sambiloto, larutan Nacl 0,9 %, alcohol, herbal daun salam, herbal meniran, khasiat dari bahan tersebut yaitu :
1.    Herba sambiloto
Herba sambiloto ini berkhasiat sebgaai anti kanker, kekebalan terhadap HIV dan antivirus, masuk angin, demam dan antiinflamasi, anti bakteri, anti malaria, dan anti cacing, protector liver dan kandung empedu, anti hiperglikemia. Efek samping sambiloto pada penggunaan dosis tinggi menyebabkan perut mual, muntah bahkan sampai kehilangan selera makan, karena rebusan sambiloto memiliki rasa yang sangat pahit.
2.    Herba daun salam
Herba daun salam bekhasiat sebagai penyakit diare, diabyetes mellitus penyakit maag, asam urat menurunkan kolestrol tinggi, tekanan darah tinggi.
3.    Herba meniran
            Kandungan kimia yang terkandung antara lain : filantanina, hipofilantina, kalium, dammar, tannin, yang dapat berkhasiat membersihkan hati, anti  radang, anti demam, peluruh dahak, peluruh haid penambah nafsu makan.
            Pada perccobaan kali ini hewan yang digunakan sebagai hewan uji yaitu mencit (9 tikus putih ). Dalam percobaan ini ingin mengetahui volume urine selama 9 jam dengan perlakuan control positif (+) dan control negatif (-), obat 1, obat 2, dan obat 3. Pertama yang harus dilakukan yaitu diambil 5 mencit kemudian ditimbang mencit yang diidapat yaitu20 g-30 g, yang kedua dilakuakan dengan pengujian control negatif dengan menggunakan Na.cmc 50%,Na.cmc yang digunakan yaitu 2,5 g/500 ml, disuntikan mencit dengan pemberian secara oral. Kemudian menguji dengan control posistif (+) dengan menggunakan furosemid disuntikan secara oral dibiarkan hingga 3 jam lalu diberi minum. Lalu pada mencit ke 3 diberikan herbal daun salam sebanyak 0,6 ml didiamkan selama 3 jam, setelah itu diberikan lagi dan mendapatkan volume urine 0 ml. pada jam ke 6 mendapatkan volume urine sebanyak 0 ml, pada jam ke 9 mendapatkan volume urine sebanyak 0,6 ml jadi tital yang didapat 0,6ml. pada obat yang kedua menggunakan herbal meniran diberikan sebanyak 0,58 ml. didiamkan selama 3 jam pada jam ke3 mendapat kan volume urine sebanyak 0,3 ml, pada jam ke 6 mendapatkan volume urine sebanyak 0,4 ml, pada jam ke9 mendapatkan volume urine sebanyak 1,1 ml. jadi total volume yang didapatkan yaitu 2,2 ml. pada mencit ke 5 obat ke 3 menggunakan herba sambiloto diberikan sebanyak 0,56 ml pada jam ke3 mendapatkan volume urine sebanyak 0,5 ml pada jam ke 6 mendapatkan volume urine sebanyak 0,7 ml, dan pada jam ke 9 mendapatkan volume urine sebanyak 0,6 ml. jadi total volume yang didapatkan pada mencit kelima menggunakan herba sambiloto yaitu 1,8 ml.



BAB VI
KESIMPULAN
Dari hasil yang dilakukan pada hewan uji, dari total volume urine dari hasil pengontrolan negatif yaitu : kelompok 1 : 2 ml, kelompok 2 : 0,7 ml, kelompok 3 : 1,1 ml. setelah itu pengontrolan positif hasil volume urine yang didapat yaitu, kelompok 1: 0,5, kelompok 2: 0,6, kelompok 3: 0,7 ml. pada obat 1 menggunakan herba daun salam mendapatkan total volume urine sebanyak, kelompok 1: 1  ml, kelompok 2: 2,4 ml, kelompok 3:0,6 ml. pada obat yang ke 2 menggunakan herba daun meniran , total volume urine yang didapat yaitu : kelompok 1 : 0,2 ml ,kelompok 2: 2,4 ,kelompok 3 : 1 ml. pada obat yang ke3 menggunakan herba sambiloto mendapatkan total volume dari kelompok 1: 2,2 ml, kelompok 2: 1,5 ml, kelompok 3 : 1,8 ml. perhitungan persen diuretic yang diperoleh yaitu furesemid mendapatkan 110 %, daun salam 121,6 %, daun meniran 100 %, daun sambiloto 205 %.


 
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, Bertram G.1986. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika : Jakarta
Mutschater, ernst.1991. Dimika obat Farmakologi dan Toksikologi.  ITB : Bandung
Tjay, Tan Hoan dan K. Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. PT. Gramedia : Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar