BAB I
TUJUAN PRAKTIKUM
Memahami kerja farmakologi dari beberapa kelompok
diuretik, sehingga dapat memperoleh gambaran cara evaluasi efek diuretik.
BAB II
DASAR TEORI
Diuretika adalah senyawa yang dapat menyebabkan ekresi
urin yang lebih banyak. Jika pada peningkatan ekskresi garam-garam, maka
diuretika ini dinamakan saluretika atau natriuretika (diuretika dalam arti
sempit). ( Mutsceh, 1991)
Diretik adaah obat yang dapat menambah kecepatan
pembentukan urine.
Diuretik adalah obat-obat yang dapat meningkatkan
produksi dan eksresi urin sehingga dengan demikian dapat menghilangkan cairan
berlebihan yang tertimbun dijaringan, misalnya pada oedim dengan demikian
memulihkan keseimbangan elektrolit dan ebberapa metabolit, jika ginjal sendiri
tidak sanggup memelihara haemostatis.
Diuretika dalah zat-zat yang dapat memperbanyak kemih
(diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang
menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara taklangsung tidak
termasuk dalam definisi ini. Misalnya zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung
( digoksin, teofilin), memperbesar volume darah (dekstran), atau merintangi
sekresi hormon antidiuretik AOH (air, alkohol).
Istilah diuresis mempunyai dua pengertian :
1.
Menunjukkan
adanya penambahan volume urin yang diproduksi
2.
Menunjukkan
jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan
udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehigga volume
caira ekstra sel kembali menjadi nornal.
Diuretik menurunkan tekana darah terutama dengan cara
mendeplesikan simpanan natrium tubuh. Awanya, diuretik menurunkan tekanan darah
dengan menurunkan volume darah dan curah jantung, tahanan vaskuler perifer.
Penurunan tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis
menyebabkan penurunan volume plasma dan stoke volume yang akan menurunkan curah
jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah.
Fungsi utama gijal adalah memelihara kemurnian darah
dengan jalan mengeluarkan semua zat asing dan sisa pertukaran zat dari dalam
darah dimana semuanya melintasi saringan ginjal kecuali zat putih telur dan
sel-sel darah. Fungsi penting lainnya adalah meregulasi kadar garam dan cairan
tubuh. Ginjal merupakan organ terpenting pada pengaturan homeostatis, yakni
keseimbangan dinamis antara cairan intra dan ekstrasel, serta pemeliharaan
volume total dan susunan cairan ekstrasel. Hal ini teruama tergantung dari
julah ion Na+ yang untuk sebagian besar terdapat diluar sel,
dicairan antar sel dan diplasma darah. (tan Hoan Tjay, 2007)
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik :
1.
Tempat
kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi
natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak.
2.
Status
fisiologi dari organ
3.
Interaksi
antara obat dengan reseptor
Penggunaan
klinik diuretik. Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1.
Diuretik osmotik
Tempat Dan Cara Kerja :
· Tubuli Proksimal penghambatan
reabsorbsi natrium dan air melalui daya osmotiknya
· Ansa Henle penghambatan reasorbsi
natrium dan air oleh karena hiperosmolaritas daerah medula menurun.
· Duktus Koligentes penghambatan
reasorbsi natrium dan air akibat adanya papilarry washout, kecepatan aliran
filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan
cepat diekskresi oeh ginjal.
Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea,
gliserin dan isosorbid.
2.
Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara
menghambat reabsorpsi bikarbonat.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid,
diklorofenamid dan meatzolamid.
3. Diuretik
golongan tiazid
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal
dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida.
Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ;
klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid,
benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
4.
Diuretik hemat kalium
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal
dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium
dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau
secara langsung (triamteren dan amilorida).
Yang tergolong dalam kelompok ini adalah: antagonis
aldosteron. triamterenc. amilorid.
5.
Diuretik kuat
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden
pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit
natrium, kalium, dan klorida.
Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat,
furosemid dan bumetamid.
Furosemide ( Lasix®, uresix®,
impugan® )
STRUKTUR
Indikasi : edema pada jantung, hipertensi
Kontra indikasi : gangguan ginjal dan hati yang
berat.
Bentuk sediaan obat : tablet, injeksi, infus
Dosis : oral , dewasa 20-40 mg pada pagi
hari, anak 1-3 mg/kg bb;
Injeksi, dewasa dosis awal 20-50 mg im, anak
0,5-1,5mg/kg
sampai dosis maksimal sehari 20 mg;
infus IV disesuaikan
dengan keadaan pasien
Efek samping : Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi
seperti ruam kulit
Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan
hiponatremia;
kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan
ginjal;
memperburuk diabetes mellitus; perbesaran
prostat; porfiria.
Kebanyakan diuretic bekerja dengan mengurangi reabsorsi
natrium sehingga pegeluarannya lewat kemih, dan demikian juga dari air – air
diperbanyak. Obat – obat ini bekerja khusus terhadap tubuli.
· Pemilihan diuretic
Diuretic thiazide tepat digunakan
untuk sebagian besar pasien dengan hipertensi ringan atau sedang serta dengan
fungsi jantung dan ginjal normal. Diuretic yang lebih kuat (misalnya diuretic
yang bekerja pada loop of handle ) diperlukan untuk hipertensi parah, apabila
digunakan kombinasi obat yang menyebabka retensi natrium. Pada insufiensi
ginjal, bila tingkat filtrasi glumeruler kurang dari 30 atau 40 ml/menit pada
gagal jantung atau sirosis, ketika terdapat retensi natrium.
Diuretic hemat-kalium berguna untuk
menghindari terjadinya deolesi kalium yang berlebihan, khususnya pada pasien
yang menggunakan digitalis dan untuk memperkuat efek natriuretik diuretic
lainnya.
· Penentuan dosis
Walaupun
farmakokinetikdan farmakodinamik berbagai diuretic berbeda, tetapi titik akhir
efek terapeuretik dalam pengobatan hipertensi umumnya adalah pada efek natrium
resisnya. Walaupun demikian harus diketahui bahwa dalam keadaan tunak seperti
pada penanganan jangka panjang, ekskresi natrium harian sama – sama dengan
pemasukan natrium dari makanan. Diuretic diperlukan untuk melawan kecenderungan
terjadinya retensi natrium yang pada pasien dengan deplesi natrium yang
relatif, walaupun diuretic thiazide lebih bersifat natriuretik pada dosis
tinggi (100 mg – 200 mg hydrochlorothiazide) bila digunakan sebagai obat
tunggal dosis rendah (25-50 mg ) memberikan efek diuretic seperti hanya pada
dosis tinggi.
· Toksisitas diuretic
Pada
pengobatan hipertensi sebagian besar efek samping yang lazim terjadi adalah
deplesi kalium. Walaupun hipokalemia ringan dapat ditoleransi oleh banyak pasien,
hipokalemia dapat berbahaya pada pasien yang menggunakan digitalis, pasien
dengan eritmia kronis, pada infraktus miokardium akut atau disfungsi ventriks
kiri. Kehilangan kalium diimbangi dengan reansorbsi natrium oleh karenanya
pembatasan asupan natrium dapat meminimalkan kehilangan kalium. Diuretic
glukosa dan peningkatan konsenutrasi lemak serum. Diuretic dapat meningkatkan
konsentrasi uric acid dan menyebabkan terjadinya gout(pirai). Penggunaan dosis
rendah dapat meminimalkan efek metabolic yang tidak diinginkan tanpa mengganggu
efek antihipertensinnya.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
A.
Alat
yang digunakan
-
Timbangan
analitik
-
Spuit
injeksi dan jarum ukuran 1 mL
-
Sonde
/ kanulla
-
Sarung
tangan
-
Stopwatch
-
Wadah
pengamatan
-
Gelas
ukur
-
Corong
kaca
B.
Bahan
yang digunakan
-
Furosemid
-
Na.
CMC
-
Herba
Sambiloto
-
Herba
Meniran
-
Herba
daun Salam
C.
Gambar
Alat

Beakee
glas timbangan analitik
D.
Prosedur
Percobaan
1.
Diambil mencit 5 ekor
2.
Ditimbang masing – masing mencit
3.
Dihitung niali bobot mencit dan dihitung volume mencit yang digunakan
4.
Dibuat control positif, negatif, herba
sambiloto, herba meniran,dan herba daun salam.
5.
Diberikan secara oral dan ditunggu
hingga 9 jam.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
Perhitungan
larutan uji
1.
Kontrol
Negatif (-)
2.
Kontrol
positif (+)
dalam larutan Na.
CMC 96,15 mL )
3.
Obat
I ( Daun Salam
(
1 kapsul mengandung zat aktif 500 mg )
4.
Obat
II ( Daun Meniran )
(
1 kapsul mengandung zat aktif 500 mg )
5.
Obat
III ( Sambiloto )
(
1 kapsul mengandung zat aktif 500 mg )
Tabel 1. Berat
Badan dan Volume
|
No
|
Perlakuan
|
BB (g)
|
Volume (mL)
|
|
1
|
Kontrol (-)
|
28,94
|
0,72
|
|
2
|
28
|
0,7
|
|
|
3
|
25,88
|
0,65
|
|
|
1
|
Kontrol (+)
|
30,22
|
0,75
|
|
2
|
23
|
0,57
|
|
|
3
|
29,63
|
0,74
|
|
|
1
|
Obat I
|
24,09
|
0,6
|
|
2
|
28
|
0,7
|
|
|
3
|
24,11
|
0,6
|
|
|
1
|
Obat II
|
27,94
|
0,69
|
|
2
|
25
|
0,626
|
|
|
3
|
23,33
|
0,58
|
|
|
1
|
Obat III
|
27,06
|
0,67
|
|
2
|
26
|
0,65
|
|
|
3
|
22,34
|
0,56
|
Tabel
2. Volume Tiap Waktu Pengamatan
|
Perlakuan
|
Hewan Uji
|
Jam
|
Total (mL)
|
||
|
3
|
6
|
9
|
|||
|
Kontrol (-)
|
1
|
0,4
|
0,8
|
0,8
|
2
|
|
2
|
-
|
0,5
|
0,2
|
0,7
|
|
|
3
|
0,5
|
0,3
|
0,3
|
1,1
|
|
|
Kontrol (+)
|
1
|
-
|
-
|
0,5
|
0,5
|
|
2
|
-
|
0,5
|
0,1
|
0,6
|
|
|
3
|
-
|
0,3
|
0,4
|
0,7
|
|
|
Obat I
|
1
|
-
|
0,9
|
0,1
|
1
|
|
2
|
0,5
|
1
|
0,9
|
2,4
|
|
|
3
|
-
|
-
|
0,6
|
0,6
|
|
|
Obat II
|
1
|
-
|
-
|
0,2
|
0,2
|
|
2
|
0,5
|
1
|
0,9
|
2,4
|
|
|
3
|
0,3
|
0,4
|
0,3
|
1
|
|
|
Obat III
|
1
|
0,3
|
0,8
|
1,1
|
2,2
|
|
2
|
-
|
1
|
0,5
|
1,5
|
|
|
3
|
0,5
|
0,7
|
0,6
|
1,8
|
|
Berdasarkan
hasil pengamatan diats maka diperoleh nilai rata-rata total urine yang
dihasilkan adalah :
-
Kontrol
negatif (-), total urine 1,8 mL =
= 0,6 mL
-
Kontrol
positif (+), total urine 3,8 mL =
= 1,26 mL
-
Obat
I, total urine 4 mL =
= 1,33 mL
-
Obat
II, total urine 3,6 mL =
= 1,2 mL
-
Obat
III, total urine 5,5 mL =
= 1,83 mL
Perhitungan persen (%) diuretik
%
diuretik =
x 100 %
-
Kontrol
(+) : Furosemid
%
diuretik =
x 100 % = 110 %
-
Obat
I (daun salam ) =
x 100 % = 121,6 %
-
Obat
II ( herba meniran) =
x 100 % = 100 %
-
Obat
III ( herba sambiloto ) =
x 100 % = 205 %
BAB
V
PEMBAHASAN
Setelah melakukan percobaan ini
praktikan dapat mengetahui cara pemberian obat pada hewan uji, adapun tujuan
dari percobaan ini yaitu memahami kerja farmakologi dari berbagai kelompok
diuretic sehingga memperoleh gambaran cara evaluasi efek diuretic.
Diueretik adalah senyawa yang dapat
menyebabkan eksresi urine yang lebih banyk. Jika pada peningkatan eksresi garam
– garam maka diuretic dinamakan salurelika atau natriuretika ( diuretic dalam
arti sempit ).
Adapun bahan yang digunakan sebagai
penguji yaitu furosemida, herbal sambiloto, larutan Nacl 0,9 %, alcohol, herbal
daun salam, herbal meniran, khasiat dari bahan tersebut yaitu :
1.
Herba sambiloto
Herba
sambiloto ini berkhasiat sebgaai anti kanker, kekebalan terhadap HIV dan
antivirus, masuk angin, demam dan antiinflamasi, anti bakteri, anti malaria,
dan anti cacing, protector liver dan kandung empedu, anti hiperglikemia. Efek
samping sambiloto pada penggunaan dosis tinggi menyebabkan perut mual, muntah
bahkan sampai kehilangan selera makan, karena rebusan sambiloto memiliki rasa
yang sangat pahit.
2.
Herba daun salam
Herba
daun salam bekhasiat sebagai penyakit diare, diabyetes mellitus penyakit maag,
asam urat menurunkan kolestrol tinggi, tekanan darah tinggi.
3.
Herba meniran
Kandungan kimia yang terkandung
antara lain : filantanina, hipofilantina, kalium, dammar, tannin, yang dapat
berkhasiat membersihkan hati, anti
radang, anti demam, peluruh dahak, peluruh haid penambah nafsu makan.
Pada perccobaan kali ini hewan yang
digunakan sebagai hewan uji yaitu mencit (9 tikus putih ). Dalam percobaan ini
ingin mengetahui volume urine selama 9 jam dengan perlakuan control positif (+)
dan control negatif (-), obat 1, obat 2, dan obat 3. Pertama yang harus
dilakukan yaitu diambil 5 mencit kemudian ditimbang mencit yang diidapat
yaitu20 g-30 g, yang kedua dilakuakan dengan pengujian control negatif dengan
menggunakan Na.cmc 50%,Na.cmc yang digunakan yaitu 2,5 g/500 ml, disuntikan
mencit dengan pemberian secara oral. Kemudian menguji dengan control posistif
(+) dengan menggunakan furosemid disuntikan secara oral dibiarkan hingga 3 jam
lalu diberi minum. Lalu pada mencit ke 3 diberikan herbal daun salam sebanyak
0,6 ml didiamkan selama 3 jam, setelah itu diberikan lagi dan mendapatkan
volume urine 0 ml. pada jam ke 6 mendapatkan volume urine sebanyak 0 ml, pada
jam ke 9 mendapatkan volume urine sebanyak 0,6 ml jadi tital yang didapat
0,6ml. pada obat yang kedua menggunakan herbal meniran diberikan sebanyak 0,58
ml. didiamkan selama 3 jam pada jam ke3 mendapat kan volume urine sebanyak 0,3
ml, pada jam ke 6 mendapatkan volume urine sebanyak 0,4 ml, pada jam ke9
mendapatkan volume urine sebanyak 1,1 ml. jadi total volume yang didapatkan
yaitu 2,2 ml. pada mencit ke 5 obat ke 3 menggunakan herba sambiloto diberikan
sebanyak 0,56 ml pada jam ke3 mendapatkan volume urine sebanyak 0,5 ml pada jam
ke 6 mendapatkan volume urine sebanyak 0,7 ml, dan pada jam ke 9 mendapatkan
volume urine sebanyak 0,6 ml. jadi total volume yang didapatkan pada mencit
kelima menggunakan herba sambiloto yaitu 1,8 ml.
BAB
VI
KESIMPULAN
Dari
hasil yang dilakukan pada hewan uji, dari total volume urine dari hasil
pengontrolan negatif yaitu : kelompok 1 : 2 ml, kelompok 2 : 0,7 ml, kelompok 3
: 1,1 ml. setelah itu pengontrolan positif hasil volume urine yang didapat
yaitu, kelompok 1: 0,5, kelompok 2: 0,6, kelompok 3: 0,7 ml. pada obat 1
menggunakan herba daun salam mendapatkan total volume urine sebanyak, kelompok
1: 1 ml, kelompok 2: 2,4 ml, kelompok
3:0,6 ml. pada obat yang ke 2 menggunakan herba daun meniran , total volume
urine yang didapat yaitu : kelompok 1 : 0,2 ml ,kelompok 2: 2,4 ,kelompok 3 : 1
ml. pada obat yang ke3 menggunakan herba sambiloto mendapatkan total volume
dari kelompok 1: 2,2 ml, kelompok 2: 1,5 ml, kelompok 3 : 1,8 ml. perhitungan
persen diuretic yang diperoleh yaitu furesemid mendapatkan 110 %, daun salam
121,6 %, daun meniran 100 %, daun sambiloto 205 %.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, Bertram G.1986. Farmakologi
Dasar dan Klinik. Salemba Medika : Jakarta
Mutschater, ernst.1991. Dimika obat Farmakologi dan Toksikologi. ITB : Bandung
Tjay, Tan Hoan dan K. Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. PT. Gramedia :
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar